Skip to main content

Teori Hidrodinamik Tubulus Dentinalis (part 2 of 8)

Gambar 2. Tahapan rangkaian hidrodinamik. Bahan dapat diaplikasikan pada tahapan-tahapan tertentu ini.
I initially wanted to publish this journal translation in one whole post. But, then I realized that it was veeerrry long downward. So then I decided to separated it into 8 part. Yeah! You might imagine how long the translation was. But it was not that long, actually. Anyway, here is the second part of "Managing Dentin Hypersensitivity".


Prinsip. Pemahaman menganai mekanisme idrodinamik sensitivitas dentin memberikan dasar untuk mengembangkan terapi desentisisasi. Agen desensitisasi dapat mentargetkan pada beberapa titik rangkaian hidrodinamik, yang dapat diinterupsi melalui beberapa tindakan (Gambar 2).

Penelitian melibatkan studi laboratoris untuk menyaring perawatan potensial dan mengidentifikasi mekanisme aksinya. Untuk mengevaluasi klaim pabrik-pabrik produk desensitisasi, dokter gigi sebaiknya waspada terhadap keterbatasan dan kekuatan metode penelitian ini.

Model piringan dentin. Preparat piringan dentin kecil dari gigi yang diekstraksi digunakan untuk mengukur permeabilitas dentin. Permeabilitas diperoleh dari melalui konduktan hidrolik atau mengalirkan cairan melalui dentin (22). Beberapa agen desensitisasi seperti oksalat mengurangi permeabilitas dentin, sedangkan yang lain seperti potasium nitrat ternyata tidak. Piringan dentin kemudian diteliti menggunakan scanning electron microscope (SEM) untuk melihat deposit permukaan dan oklusi tubuli (23). Dengan menggabungkan spesimen piringan dentin ini pada peralatan intraoral, eksperimen dapat dilakukan in situ dalam kondisi alami dalam rongga mulut (24). Adalah hal yang mungkin untuk mereplikasi aliran keluar cairan dentin (25), yang dapat menahan difusi ke arah pulpa agen-agen desensitisasi.

Pencatatan konduksi pada serabut saraf terisolasi. Model ini mengidentifikasi agen (misalnya garam potasium) (26, 27) atau prosedur (misalnya penggunaan laser) (28, 29) yang dapat menghambat konduksi saraf. Meskipun metode in vitro ini memungkinkan skrining cepat agen desensitisasi potensial, metode ini secara umum tidak menyerupai kondisi alami atau mengindikasikan bagaimana agen tersebut anak bereaksi ketika terpapar saliva dan tekanan mastikasi.

Percobaan klinis. Tes terakhir dari semua tindakan adalah melihat bagaimana agen tersebut beraksi dalam tataran klinis. Percobaan terkontrol, blinded, random adalah standar emas (gold standard) untuk menentukan efikasi (30). Pada percobaan klinis tersebut, produk dibandingkan dengan formulasi yang sama minus bahan aktif, yang disebut “minus aktif”, “kontrol negatif” ataupun “plasebo”. Sebuah produk juga dapat dites “satu-lawan-satu” terhadap produk yang telah ada untuk menentukan ekuivalensi ataupun superioritas efektivitasnya dengan pembandingnya.

Referensi:
1. Orchardson R., Gillam DG., 2006, Managing Dentin Hypersensitivity, JADA Assoc, Vol 137 (7) : 990-8
2. http://jada.ada.org/content/137/7/990.full

Comments

Popular posts from this blog

Bahasa Tertunda pada Anak Usia 2 Tahun

L anguage and communication! Yeah, that are two basic thing that are needed badly by human. No lives exist without that things. Language is complex issue, relating to physical, psychological, physiological, and cultural. Language does develop since our first contact with our very first environment, include since in our mother womb. This article emphasizes to the language delay to the kids living in the institutions. Bahasa mengacu baik pada kapasitas manusia secara spesifik yang bersifat dapatan dan digunakan sebagai sistem kompleks komunikasi, atau untuk hal spesifik seperti sistem komunikasi kompleks. Bahasa mempunyai banyak fungsi dan kompleksitas. Tiga fungsi dasar bahasa adalah untuk informasi, ekspresi dan instruksi. Bahasa bukan sesuatu yang diturunkan, tetapi harus dipelajari oleh subjek selama bersinggungan dengan lingkungannya. Makin cepat mereka dimasukkan ke tempat pembinaan makin baik, simpul sebuah penelitian. Oleh Robert Preidt Jumat, Juni 17, 2011 Tertaut Halaman Med...

Obat dengan Risiko Jantung pada Individu Diabetik Geriatri

P eneliti menemukan risiko yang lebih rendah dengan metformin, tetapi para ahli menyatakan penelitian itu bukan akhir. Penelitian terbaru menunjukkan individu yang lebih tua (selanjutnya disebut geriatri) yang mempunyai diabetes tipe 2 yang meminum obat golongan sulfonilurea untuk menurunkan kadar gula darahnya ternyata mempunyai risiko yang lebih tinggi terjenak masalah jantung daripada mereka yang minum golongan metformin. Lebih dari 8.500 individu berusia 65 tahun ke atas yang mengidap diabetes tipe 2 mengikuti penelitian ini, dan 12,4% dari mereka yang diberi sulfonilurea mengalami serangan jantung ataupun cardiovascular events lainnya, dibandingkan dengan mereka yang yang meminum metformin (10,4%). Sebagai tambahan, masalah jantung ini bermula lebih awal selama perjalanan perawatan pada mereka yang menerima obat sulfonilurea. Penelitian bandingan head-to-head dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Diabetes Association (ADA) di San Diego. Karena penemuan ini hend...

Kepekaan Lidah Terhadap Lemak VS Kecenderungan Gemuk

Source: ovealiz.wordpress.com M akanan yang kaya lemak seperti es krim dan salad bermayo menggoda banyak orang, tetapi terdapat bukri baru yang mengindikasikan bahwa beberapa orang sebenarnya bisa “merasakan” lemak yang tersembunyi dalam makanan dan mereka yang tidak bisa melakukannya mempunyai kecenderungan memakan lebih banyak makanan kaya lemak tersebut. Dalam presentasi penelitian berseri yang dilakukan oleh Institusi Teknologi Makanan pada pertemuan tahunan Juni 2011 ini, peneliti menjelaskan mengenai penelitian lambat laun mendukung ide bahwa lemak dan asam lemak dapat dicicip, meskipun ‘rasa’ tersebut dideteksi sebagian besar melalui indera penciuman dan tekstur. Individu yang tidak dapat merasakan lemak mempunyai variansi genetik mengenai cara mereka memproses makanan yang kemudian kemungkinan mengarah kepada ngemil makanan berlemak secara tidak sadar. “Mereka yang lebih sensitif terhadap kandungan lemak lebih gampang mengontrol diet mereka”, kata Kathleen L. Keller, r...

Penelitian Hubungan Antara Penyakit Periodontal dengan Komplikasi Kehamilan

smilevancouver.ca Oleh Yiorgos A. Bobetsis, DDS, PhD; Silvana P. Barros, DDS, PhD; Steven Offenbacher, DDS, PhD, MMSc JADA 2006;137(10 supplement):7S-13S. INTISARI Latar Belakang. Bukti yang bertambah banyak menyatakan bahwa gingivitis dan periodontitis maternal merupakan faktor risiko terjadinya lahir prematur dan kelainan kelahiran. Tipe Penelitian yang Diulas . Untuk mengklarifikasi mekanisme yang memungkinkan antara penyakit periodontal dan kelahiran prematur, peneliti meninjau penelitian mengenai efek infeksi patogen periodontal pada hewan coba terhadap keturunannya, termasuk pertumbuhan fetus, abnormalitas struktural plasenta dan kesehatan neonatus. Setelah laporan pertama, pada tahun 1996, mengenai hubungan potensial antara penyakit periodontal ibu dan kelahiran prematur atau bayi lahir berat rendah pada manusia, beberapa penelitian case control dan prospektif telah dipublikasikan. Ulasan ini mengikhtisarkan hal-hal tersebut, dan juga penelitian terdahulu mengenai...

Diabetes Mellitus Neonatal Permanen (Permanent Neonatal Diabetes Mellitus, PNDM)

Apa itu diabetes mellitus neonatal permanen? Diabetes mellitus neonatal permanen adalah tipe diabetes yang pertama kali terlihat pada usia 6 bulan dan terus ada sepanjang hidup. Tipa diabetes ini ditandai dengan adanya kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Insulin mengontrol berapa banyak glukosa (tipe gula) yang melewati darah menuju sel yang diubah menjadi energi. Individu yang menderita diabetes mellitus neonatal permanen mengalami pertumbuhan yang lambat sebelum lahir (retardasi pertumbuhan intrauterin). Balita yang terkena mengalami hiperglikemia dan hilangnya cairan dalam jumlah besar (dehidrasi) dan tidak mampu menaikkan berat badannya secara normal. Dalam beberapa kasus, individu yang mengalami diabetes mellitus neonatal permanen akan mengalami masalah neurologis, termasuk pertumbuhan yang tertunda dan kejang berulang (epilepsi). Kombinasi antara pertumbuhan yang tertunda, epilepsi, dan diabetes neonatal disebut sindrom DEND...