
Terakhir diperbarui: 22 Desember 2025
Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) atau sariawan kambuhan adalah salah satu kondisi ulseratif (luka terbuka) yang paling umum pada mukosa mulut. Meskipun secara umum bersifat jinak, RAS yang parah dapat menjadi indikator adanya ketidakseimbangan sistemik dalam tubuh. Artikel ini akan mengupas tuntas mekanisme, klasifikasi, hingga manajemen terapi terbaru.
Apa itu RAS secara Klinis?
Secara klinis, RAS muncul sebagai ulser dangkal yang sangat nyeri, berbentuk bulat atau oval, dengan bagian tengah (eksudat) berwarna abu-abu keputihan dan dikelilingi oleh pinggiran merah meradang (halo eritematous). Berbeda dengan infeksi virus herpes, RAS tidak menular dan hanya menyerang jaringan mukosa yang "tidak berkeratin" atau lunak.
Tabel Klasifikasi Klinis RAS
Sangat penting bagi klinisi maupun pasien untuk membedakan tipe RAS guna menentukan prognosis:
| Fitur | RAS Minor | RAS Mayor | RAS Herpetiformis |
| Prevalensi | 80% (Paling Umum) | 10% | 5 - 10% |
| Ukuran | < 10 mm (Kecil) | > 10 mm (Besar/Dalam) | 1 - 3 mm (Sangat Kecil) |
| Jumlah | 1 - 5 ulser | 1 - 3 ulser | 10 - 100 ulser (Berkelompok) |
| Lokasi | Bibir, Pipi, Dasar Mulut | Palatum Lunak, Tenggorokan | Seluruh Mukosa Lunak |
| Durasi | 7 - 10 hari | 2 - 6 minggu | 7 - 14 hari |
| Bekas Luka | Tidak ada | Meninggalkan Jaringan Parut | Tidak ada |
Etiologi: Mengapa Sariawan Sering Kambuh? (Update 2025)
Hingga tahun 2025, para ahli sepakat bahwa RAS dipicu oleh disregulasi imun. Berikut adalah faktor-faktor pemicu yang paling dominan menurut penelitian terbaru:
1. Faktor Genetik & Imunologis
Sekitar 40% penderita RAS memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama. Tubuh salah mengenali sel mukosanya sendiri sebagai ancaman, sehingga sel T (sel imun) menyerang jaringan tersebut.
2. Hubungan Psikoneuroimunologi (Stres)
Stres bukan sekadar pemicu mental. Secara biologis, stres meningkatkan kadar kortisol yang memicu pelepasan sitokin pro-inflamasi di rongga mulut, mempercepat kerusakan jaringan mukosa.
3. Defisiensi Nutrisi Spesifik
Banyak kasus RAS kronis terkait dengan rendahnya kadar:
- Zat Besi (Ferritin)
- Vitamin B12 (Cobalamin)
- Asam Folat
- Zinc (Seng)
4. Faktor Lokal dan Sensitivitas
- Trauma: Tergigit, tusukan duri ikan, atau benturan sikat gigi.
- SLS (Sodium Lauryl Sulfate): Deterjen dalam pasta gigi yang dapat mengiritasi mukosa sensitif.
- Alergi Makanan: Reaksi terhadap zat aditif seperti cinnamonaldehyde atau makanan tinggi asam.
Manajemen Terapi Edisi 2025
Strategi pengobatan saat ini beralih dari sekadar menghilangkan gejala menuju pencegahan kekambuhan.
Fase Akut (Menghilangkan Nyeri)
- Obat Kumur Antiseptik: Tanpa alkohol (misal: Chlorhexidine gluconate) untuk mencegah infeksi sekunder.
- Zat Pelapis (Coating Agents): Penggunaan pasta topikal yang mengandung Hyaluronic Acid untuk melindungi luka dari gesekan lidah dan makanan.
- Anestesi Lokal: Salep Benzocaine atau Lidocaine topikal sebelum makan untuk meredakan nyeri tajam.
Fase Penyembuhan (Anti-Inflamasi)
- Kortikosteroid Topikal: Salep khusus mulut (seperti Triamcinolone acetonide) sangat efektif jika dioleskan segera saat sariawan baru akan muncul (fase prodromal).
Fase Pencegahan (Long-Term)
- Suplementasi: Koreksi defisiensi vitamin berdasarkan hasil laboratorium.
- Modifikasi Gaya Hidup: Penggunaan pasta gigi tanpa deterjen (SLS-Free) dan teknik manajemen stres (meditasi/istirahat cukup).
Kapan Sariawan Menjadi Tanda Bahaya?
Meskipun RAS umum terjadi, Anda harus waspada jika menemukan tanda-tanda berikut:
Sariawan tidak sembuh lebih dari 3 minggu (Risiko keganasan/kanker mulut).
Ulkus Mayor yang sangat dalam hingga sulit menelan.
Disertai gejala sistemik seperti demam tinggi, diare kronis, atau radang pada mata dan kemaluan (Kecurigaan Behçet's Disease atau Crohn’s Disease).
Kesimpulan
Recurrent Aphthous Stomatitis adalah alarm alami tubuh yang menandakan adanya ketidakseimbangan sistemik, stres, atau kekurangan nutrisi. Penanganan yang komprehensif tidak hanya mengandalkan obat oles, tetapi juga perbaikan gaya hidup secara menyeluruh.
Referensi Utama:
- Greenberg, M. S., et al. (2024). Burket's Oral Medicine, 13th Edition.
- Al-Omiri, M. K., et al. (2025). Stress and Recurrent Aphthous Stomatitis: A Systematic Review.
- WHO Guidelines for Oral Health Management (2024).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar