Gigi Anak

Merawat Senyum Si Kecil dan Keluarga Tercinta

23/08/2009

Memahami Ulkus dan Sariawan Berulang (RAS): Dari Etiologi hingga Terapi

Ilustrasi medis sariawan kambuhan (RAS) pada mukosa mulut dengan tepi kemerahan dan pusat putih kekuningan.

Terakhir diperbarui: 22 Desember 2025

Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) atau sariawan kambuhan adalah salah satu kondisi ulseratif (luka terbuka) yang paling umum pada mukosa mulut. Meskipun secara umum bersifat jinak, RAS yang parah dapat menjadi indikator adanya ketidakseimbangan sistemik dalam tubuh. Artikel ini akan mengupas tuntas mekanisme, klasifikasi, hingga manajemen terapi terbaru.

Apa itu RAS secara Klinis?

Secara klinis, RAS muncul sebagai ulser dangkal yang sangat nyeri, berbentuk bulat atau oval, dengan bagian tengah (eksudat) berwarna abu-abu keputihan dan dikelilingi oleh pinggiran merah meradang (halo eritematous). Berbeda dengan infeksi virus herpes, RAS tidak menular dan hanya menyerang jaringan mukosa yang "tidak berkeratin" atau lunak.


Tabel Klasifikasi Klinis RAS

Sangat penting bagi klinisi maupun pasien untuk membedakan tipe RAS guna menentukan prognosis:

FiturRAS MinorRAS MayorRAS Herpetiformis
Prevalensi80% (Paling Umum)10%5 - 10%
Ukuran< 10 mm (Kecil)> 10 mm (Besar/Dalam)1 - 3 mm (Sangat Kecil)
Jumlah1 - 5 ulser1 - 3 ulser10 - 100 ulser (Berkelompok)
LokasiBibir, Pipi, Dasar MulutPalatum Lunak, TenggorokanSeluruh Mukosa Lunak
Durasi7 - 10 hari2 - 6 minggu7 - 14 hari
Bekas LukaTidak adaMeninggalkan Jaringan ParutTidak ada

Etiologi: Mengapa Sariawan Sering Kambuh? (Update 2025)

Hingga tahun 2025, para ahli sepakat bahwa RAS dipicu oleh disregulasi imun. Berikut adalah faktor-faktor pemicu yang paling dominan menurut penelitian terbaru:

1. Faktor Genetik & Imunologis

Sekitar 40% penderita RAS memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama. Tubuh salah mengenali sel mukosanya sendiri sebagai ancaman, sehingga sel T (sel imun) menyerang jaringan tersebut.

2. Hubungan Psikoneuroimunologi (Stres)

Stres bukan sekadar pemicu mental. Secara biologis, stres meningkatkan kadar kortisol yang memicu pelepasan sitokin pro-inflamasi di rongga mulut, mempercepat kerusakan jaringan mukosa.

3. Defisiensi Nutrisi Spesifik

Banyak kasus RAS kronis terkait dengan rendahnya kadar:

  • Zat Besi (Ferritin)
  • Vitamin B12 (Cobalamin)
  • Asam Folat
  • Zinc (Seng)

4. Faktor Lokal dan Sensitivitas

  • Trauma: Tergigit, tusukan duri ikan, atau benturan sikat gigi.
  • SLS (Sodium Lauryl Sulfate): Deterjen dalam pasta gigi yang dapat mengiritasi mukosa sensitif.
  • Alergi Makanan: Reaksi terhadap zat aditif seperti cinnamonaldehyde atau makanan tinggi asam.


Manajemen Terapi Edisi 2025

Strategi pengobatan saat ini beralih dari sekadar menghilangkan gejala menuju pencegahan kekambuhan.

Fase Akut (Menghilangkan Nyeri)

  • Obat Kumur Antiseptik: Tanpa alkohol (misal: Chlorhexidine gluconate) untuk mencegah infeksi sekunder.
  • Zat Pelapis (Coating Agents): Penggunaan pasta topikal yang mengandung Hyaluronic Acid untuk melindungi luka dari gesekan lidah dan makanan.
  • Anestesi Lokal: Salep Benzocaine atau Lidocaine topikal sebelum makan untuk meredakan nyeri tajam.

Fase Penyembuhan (Anti-Inflamasi)

  • Kortikosteroid Topikal: Salep khusus mulut (seperti Triamcinolone acetonide) sangat efektif jika dioleskan segera saat sariawan baru akan muncul (fase prodromal).

Fase Pencegahan (Long-Term)

  • Suplementasi: Koreksi defisiensi vitamin berdasarkan hasil laboratorium.
  • Modifikasi Gaya Hidup: Penggunaan pasta gigi tanpa deterjen (SLS-Free) dan teknik manajemen stres (meditasi/istirahat cukup).


Kapan Sariawan Menjadi Tanda Bahaya?

Meskipun RAS umum terjadi, Anda harus waspada jika menemukan tanda-tanda berikut:

  1. Sariawan tidak sembuh lebih dari 3 minggu (Risiko keganasan/kanker mulut).

  2. Ulkus Mayor yang sangat dalam hingga sulit menelan.

  3. Disertai gejala sistemik seperti demam tinggi, diare kronis, atau radang pada mata dan kemaluan (Kecurigaan Behçet's Disease atau Crohn’s Disease).

Kesimpulan

Recurrent Aphthous Stomatitis adalah alarm alami tubuh yang menandakan adanya ketidakseimbangan sistemik, stres, atau kekurangan nutrisi. Penanganan yang komprehensif tidak hanya mengandalkan obat oles, tetapi juga perbaikan gaya hidup secara menyeluruh.

Referensi Utama:

  • Greenberg, M. S., et al. (2024). Burket's Oral Medicine, 13th Edition.
  • Al-Omiri, M. K., et al. (2025). Stress and Recurrent Aphthous Stomatitis: A Systematic Review.
  • WHO Guidelines for Oral Health Management (2024).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar