Skip to main content

Oral Manifestation of Patient With Diabetes Mellitus Type 2 - a cup of green tea

Picture of Diabetic Gingivitis.

Erythematous and hyperplastic gingivitis in a patient with uncontrolled diabetes. (Courtesy of Van Dis ML, Allen CM, Neville BW. Erythematous gingival enlargement in diabetic patients: a report of four cases. J Oral Maxillofac Surg 1988; 46: 794.)

Alright, this is one of my prerequisites case for oral manifestation of systemic diseases. I chose Diabetes Mellitus type 2 because this metabolic syndrome has high prevalence in population. The supervisor for this case was drg. Supriatno, PhD. He is very kind and thoughtful teacher. Arigatou, sensei.



TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes mellitus (DM)adalah sekelompok kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat defisiensi insulin baik relatif maupun mutlak. Tampilan DM dalam klinik dapat berupa kelainan metabolik dan atau vaskuler (America Diabetic Association, 2003).

Menurut klasifikasi American Diabetic Association (2003) berdasarkan penyebabnya, saat ini telah dikenal empat jenis diabetes mellitus, yaitu:
Adapun dari keempat tipe diabetes tersebut, jenis yang sering ditemui adalah diabetes mellitus tipe 2, diikuti oleh diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus gestational.


Pada orang sehat, kadar glukosa darah biasanya berkisar pada interval 60-150 mg/dl setiap harinya. Insulin berperan penting terhadap glukosa darah. Insulin disintesis pada sel beta-pankreas dan disekresikan secara cepat dalam darah sebagai respon terhadap kenaikan kadar gula darah, misalnya setelah makan. Insulin menjaga homeostasis glukosa melalui pembentukan glikogen yang disimpan pada hati. Insulin juga mengubah asam lemak dan asam amino menjadi trigliserid dan protein. 



Kekurangan insulin atau resistensi insulin, seperti yang terlihat pada DM, menghasilkan ketidakmampuan sel-tergantung-insulin untuk menggunakan glukosa darah sebagai sumber energi. Trigliserid yang tersimpan dipecah menjadi asam lemak yang menjadi cadangan energi. Peningkatan keton dalam darah menyebabkan diuretik ketoasidosis. Ketika kadar glukosa darah naik (hiperglikemia), glukosa diekskresikan pada urin dan urin berlebihan (poliuria) terjadi karena diuresis osmotik. Hilangnya cairan dalam jumlah banyak menimbulkan dehidrasi dan rasa haus berlebih (polidipsi). Karena sel-sel kekurangan glukosa, pasien mengalami kelaparan (polifagi). Secara paradoks, pasien diabetes kadang mengalami penurunan berat badan karena sel tidak mampu menyimpan glukisa. Gejala-gejala tersebut merupakan tanda klasik diabetes mellitus (Lalla dan D’Ambrosio, 2001).

Menurut Hilson (2004), individu dengan diabetes mellitus memiliki gejala yang bermacam-macam. Semuanya memiliki tanda hiperglikemia. Hiperglikemia yaitu kondisi yang menunjukkan konsentrasi gula darah lebih dari 200 mg/dl, terjadi saat defisiensi insulin merujuk pada glukokeogenesis dan mencegah penggunaan dan pencadangan glukosa pada sirkulasi. Gejala umum lainnya yang dapat menjadi tanda atau gejala DM adalah lemas, konstipasi, infeksi rekuren, parestesia, pruritus, kram dan penyembuhan luka yang lambat, terutama pada daerah kulit.

Little dkk. (2004) dan Hilson (2004) menyebukan bahwa diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM) mempunyai tanda-tanda antara lain onset usia di atas 40 tahun, overweight, tidak rentan terhadap ketosis, islet-cell antibody negative, memiliki onset gejala bervariasi dan dapat bertahan hidup tanpa perawatan insulin.

Diabetes mellitus tipe 1 diderita oleh sekitar 10% populasi (Lamb, 2006), sisanya adalah pasien diabetes mellitus tipe 2. Meskipun jenis diabetes ini jarang ditemukan pada anak-anak, namun dibeberapa negara, telah ditemukan pasien anak dan remaja yang mengidap NIDDM. Perubahan ini terjadi seiring peningkatan obesitas pada populasi (Lamb, 2006; Votey dan Peters, 2007). Prevalensi DM tipe 2 tinggi pada ras Hispanik, Amerika native, Afro-American dan Asia-Pasifik dan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Isidensinya sama pada pria dan wanita (Votey dan Peter, 2007).

DM tipe 2 disebabkan karena adanya kerusakan fungsi insulin (resistensi insulin). Kelainan metabolik ini dikaitkan dengan faktor keturunan. Meski penyebab spesifik diabetes tidak diketahui, kerusakan sel-sel beta pankreas tidak terjadi. Ketoasidosis jarang terjadi, tetapi hiperosmolar asidosis non-ketotik dapat terjadi karena hiperglikemi yang memanjang. Resiko menderita DM tipe 2 meningkat seiring dengan bertambahanya usia, kegemukan dan kurangnya aktivitas fisik. DM tipe 2 mempunyai prevalensi lebih tinggi pada individu dengan riwayat hipertensi dan dislipidemia (Lalla dan D’Ambrossio, 2001).

Menurut Ligaray dan Isley (2008), hiperglikemia yang terjadi disebabkan kurangnya insulin endogen relatif seperti yang terlihat pada pasien DM tipe 2. Defisiensi insulin relatif biasnaya terjadi karena resistensi aksi insulin pada otot, jaringan lemak dan hepar dan sel-beta pankreas yang kurang responsif. Abnormalitas patofisiologi ini mengakibatnkan berkurangnya transport glukosa pada otot, meningkatkan glukosa hepatik dan meningkatkan pemecahan lemak.

Lalla dan D’Ambrossio (2001) menyatakan bahwa individu dengan DM mempunyai resiko komplikasi mikrovasuler dan makrovaskuler. Efek jangka panjang termasuk retinopati, dengan potensi kebutaan dan nefropati yang dapat memicu gagal ginjal. Komplikasi lain yang sering terjadi adalah hipertensi, hiperlipidemia, penyakit kardiovaskuler atherosklerotik, penyakit vaskuler perifer dan cerebrovaskuler. Beberapa individu mengalami neuropati perifer dan otonom seperti kesemutan pada ekstremitas, parestesi mulut dan sensasi terbakar. Pasien dengan DM tidak terkontrol dapat mengalami gangguan penyembuhan luka dan peningkatan kemungkinan infeksi. Kerusakan jaringan yang berkaitan dengan hiperglikemia kronis diduga hasil glycation protein jaringan dan produksi berlebih senyawa polyol dari glukosa.


Tujuan penatalaksanaan medis pasien dengan DM adalah menjaga kadar glukosa darah sedekat mungkin dengan kadar glukosa darah normal. Pengaturan kondisi glikemik yang baik telah menunjukkan dapat menunda onset dan progresivitas komplikasi DM. Program perawatan intensif dan edukasi self-management yang komprehensif – termasuk kontrol diet, olahraga dan cek rutin kadar gula darah – adalah komponen esensial penatalaksanaan penyakit. Terapi insulin juga kadang diberikan pada beberapa pasien DM tipe 2. Injeksi insulin biasanya diberikan melalui subkutan. Terapi lain yang sering digunakan adalah agen-agen antidiabetik oral untuk menurunkan kadar glukosa darah (Lalla dan D’Ambrosio, 2001).

Menurut Lalla dan D’Ambrosio (2001) dan Little dkk. (2002), kondisi rongga mulut yang sering dikaitkan dengan DM antara lain:
• DM, terutama yang tidak terkontrol, mempunyai resiko penyakit periodontal. Beberapa faktor yang berkontribusi antara lain penurunan fungsi leukosit polimorfonuklear, abnormalitas metabolisme kolagen dan pembentukan produksi adrenal glycation end-produsts (AGE) yang mengganggu stabilitas kolagen dan integritas vaskuler. AGE terikat pada makrofaga dan reseptor monosit juga mengakibatkan kenaikan sekresi interleukin-1 dan tumor necrosis factor (TNF), menyebabkan peningkatan kerusakan jaringan. Pasien dengan DM tidak terkontrol mempunyai peningkatan resiko infeksi luka bedah dan penundaan penyambuhan luka sehingga beberapa peneliti merekomendasikan penatalaksanaan penyakit periodontal secara konservatif dan non-bedah. Karena pencegahan memainkan peranan penting pada tahap disease control pasien DM, mereka mungkin memerlukan kontrol plak dan scaling rutin.
• Xerostomia yang sering dikeluhkan pasien DM karena aliran saliva kelenjar parotis menurun. Meminum air dan mengunyah permen karet bebas gula dapat meningkatkan aliran saliva.
• Pasien dengan DM memiliki peningkatan predisposisi manifestasi kandidiasis termasuk median rhomboid glositis, denture stomatitis dan angular chelitis.
• Sensai terbakar dapat disebabkan karena neuropati perifer, xerostomia dan atau kandidiasis. Gangguan pengecapan disebabkan karena gangguan reseptor glukosa dan xerostomia.
• Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan DM memiliki prevalensi karies lebih tinggi daripada orang sehat. Kenaikan kadar glukosa pada saliva dan xerostomia dapat menjadi faktor predisposisi karies.

Comments

  1. saya mau mengutip tulisan saudara. ada daftar pustaka nya tidak? thx..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bahasa Tertunda pada Anak Usia 2 Tahun

L anguage and communication! Yeah, that are two basic thing that are needed badly by human. No lives exist without that things. Language is complex issue, relating to physical, psychological, physiological, and cultural. Language does develop since our first contact with our very first environment, include since in our mother womb. This article emphasizes to the language delay to the kids living in the institutions. Bahasa mengacu baik pada kapasitas manusia secara spesifik yang bersifat dapatan dan digunakan sebagai sistem kompleks komunikasi, atau untuk hal spesifik seperti sistem komunikasi kompleks. Bahasa mempunyai banyak fungsi dan kompleksitas. Tiga fungsi dasar bahasa adalah untuk informasi, ekspresi dan instruksi. Bahasa bukan sesuatu yang diturunkan, tetapi harus dipelajari oleh subjek selama bersinggungan dengan lingkungannya. Makin cepat mereka dimasukkan ke tempat pembinaan makin baik, simpul sebuah penelitian. Oleh Robert Preidt Jumat, Juni 17, 2011 Tertaut Halaman Med...

Obat dengan Risiko Jantung pada Individu Diabetik Geriatri

P eneliti menemukan risiko yang lebih rendah dengan metformin, tetapi para ahli menyatakan penelitian itu bukan akhir. Penelitian terbaru menunjukkan individu yang lebih tua (selanjutnya disebut geriatri) yang mempunyai diabetes tipe 2 yang meminum obat golongan sulfonilurea untuk menurunkan kadar gula darahnya ternyata mempunyai risiko yang lebih tinggi terjenak masalah jantung daripada mereka yang minum golongan metformin. Lebih dari 8.500 individu berusia 65 tahun ke atas yang mengidap diabetes tipe 2 mengikuti penelitian ini, dan 12,4% dari mereka yang diberi sulfonilurea mengalami serangan jantung ataupun cardiovascular events lainnya, dibandingkan dengan mereka yang yang meminum metformin (10,4%). Sebagai tambahan, masalah jantung ini bermula lebih awal selama perjalanan perawatan pada mereka yang menerima obat sulfonilurea. Penelitian bandingan head-to-head dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Diabetes Association (ADA) di San Diego. Karena penemuan ini hend...

Kepekaan Lidah Terhadap Lemak VS Kecenderungan Gemuk

Source: ovealiz.wordpress.com M akanan yang kaya lemak seperti es krim dan salad bermayo menggoda banyak orang, tetapi terdapat bukri baru yang mengindikasikan bahwa beberapa orang sebenarnya bisa “merasakan” lemak yang tersembunyi dalam makanan dan mereka yang tidak bisa melakukannya mempunyai kecenderungan memakan lebih banyak makanan kaya lemak tersebut. Dalam presentasi penelitian berseri yang dilakukan oleh Institusi Teknologi Makanan pada pertemuan tahunan Juni 2011 ini, peneliti menjelaskan mengenai penelitian lambat laun mendukung ide bahwa lemak dan asam lemak dapat dicicip, meskipun ‘rasa’ tersebut dideteksi sebagian besar melalui indera penciuman dan tekstur. Individu yang tidak dapat merasakan lemak mempunyai variansi genetik mengenai cara mereka memproses makanan yang kemudian kemungkinan mengarah kepada ngemil makanan berlemak secara tidak sadar. “Mereka yang lebih sensitif terhadap kandungan lemak lebih gampang mengontrol diet mereka”, kata Kathleen L. Keller, r...

Penelitian Hubungan Antara Penyakit Periodontal dengan Komplikasi Kehamilan

smilevancouver.ca Oleh Yiorgos A. Bobetsis, DDS, PhD; Silvana P. Barros, DDS, PhD; Steven Offenbacher, DDS, PhD, MMSc JADA 2006;137(10 supplement):7S-13S. INTISARI Latar Belakang. Bukti yang bertambah banyak menyatakan bahwa gingivitis dan periodontitis maternal merupakan faktor risiko terjadinya lahir prematur dan kelainan kelahiran. Tipe Penelitian yang Diulas . Untuk mengklarifikasi mekanisme yang memungkinkan antara penyakit periodontal dan kelahiran prematur, peneliti meninjau penelitian mengenai efek infeksi patogen periodontal pada hewan coba terhadap keturunannya, termasuk pertumbuhan fetus, abnormalitas struktural plasenta dan kesehatan neonatus. Setelah laporan pertama, pada tahun 1996, mengenai hubungan potensial antara penyakit periodontal ibu dan kelahiran prematur atau bayi lahir berat rendah pada manusia, beberapa penelitian case control dan prospektif telah dipublikasikan. Ulasan ini mengikhtisarkan hal-hal tersebut, dan juga penelitian terdahulu mengenai...

Diabetes Mellitus Neonatal Permanen (Permanent Neonatal Diabetes Mellitus, PNDM)

Apa itu diabetes mellitus neonatal permanen? Diabetes mellitus neonatal permanen adalah tipe diabetes yang pertama kali terlihat pada usia 6 bulan dan terus ada sepanjang hidup. Tipa diabetes ini ditandai dengan adanya kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Insulin mengontrol berapa banyak glukosa (tipe gula) yang melewati darah menuju sel yang diubah menjadi energi. Individu yang menderita diabetes mellitus neonatal permanen mengalami pertumbuhan yang lambat sebelum lahir (retardasi pertumbuhan intrauterin). Balita yang terkena mengalami hiperglikemia dan hilangnya cairan dalam jumlah besar (dehidrasi) dan tidak mampu menaikkan berat badannya secara normal. Dalam beberapa kasus, individu yang mengalami diabetes mellitus neonatal permanen akan mengalami masalah neurologis, termasuk pertumbuhan yang tertunda dan kejang berulang (epilepsi). Kombinasi antara pertumbuhan yang tertunda, epilepsi, dan diabetes neonatal disebut sindrom DEND...