Skip to main content

Oral Manifestation of Patient With B20 Infection - a cup of Oolong Tea


How’s life there? I felt like post my latest case report in Oral Medicine. It is about The Oral Manifestation of Patient with B20 case. And you know what? He is MOSLEM now!! My patient here! Subhanallah! Shinjirarenai, demo yokatta! For your information, B20 refers to Human Immunodeficiency Syndrome (HIV) infection. Mr. Panda told me before not to address that infection bluntly due to ethics issues. So, from now, should we say that infection with CDC code.
Hai, hajimarimasho ka.



TINJAUAN PUSTAKA
Methamphetamine
Methamphetamine adalah stimulan kuat sistem saraf pusat. Nama jalannya bermacam-macam, antara lain, meth, speed, crank, chalk, ice dan crystal. Biasanya berwarna putih, tidak berwarna, berasa pahit dan dapat diadministrasikan secara oral, dihisap lewat hidung dan suntik. Methamphetamine adalah derivat yang lebih kuat dari amphetamine. Pertama kali diproduksi di Jepang (tahun 1919) dan mulanya digunakan sebagai dekongestan hidung dan dilator bronkus penderita asma (Blachford dan Krapp, 2003).

Penggunaan methamphetamine secara legal melalui oral dalam sediaan tablet. Ketika digunakan secara ilegal, administrasi oral melalui sediaan pul, injeksi, melalui sediaan bubuk (powder) atau dihisap melalui bentuk kristal. Penggunaan methamphetamine di kalangan medis biasanya untuk penurunan berat badan pasien obesitas, narcolepsy dan attention deficit disorder (ADD). Toleransi terhadap obat ini terjadi secara cepat. Pasien dengan depresi berat, epilepsi parah ataupun penyakit Parkinson dapat diterapi dengan methamphetamin. Methamphetamine dapat menimbulkan ketergantungan. Pengguna dengan intensitas rendah sebagai stimulan mental dapat mengalami mental alertness, bertambah fokus dan konsentrasi, menambah percaya diri dan energi berlebih. Efek psikologis dan fisiologis yang disebabkan oleh methamphetamine adalah karena pelepasan epinefrin ke tubuh dan otak (Blachford dan Krapp, 2003).

Episode “rush” merupakan tahap euforia yang selanjutnya beralih pada ketergantungan fisiologis. Setelah empat hingga 16 jam, episode “shoulder” bermula. Pengguna mula merasa argumentatif dan hiperaktif. Episode ini dapat bertahan 3-15 hari. Episode “tweaking” terjadi ketika kadar methamphetamine dalam tubuh tidak mampu mengembalikan ke episode “Rush”. Pengguna akan mengalami gejala mental seperti kekosongan, depresi dan paranoia. Selanjutnya, episode “crashing” terjadi ketika pengguna methamphetamine jatuh tertidur karena kecapaian. Episode “crashing” dapat berlangsung satuhingga tiga hari. Pengguna jangka panjang dapat berefek ketergantungan, perubahan pada otak, kerusakan jantung (inflamasi). Pada pengguna intravena, penyalahgunaan obat ini menimbulkan resiko penularan hepatitis B dan C, juga HIV/ AIDS (Blachford dan Krapp, 2003). Pengguna methamphetamine juga menderita gangguan psikiatri, termasuk depresi.

HIV/AIDS

HIV pertama kali dideteksi pada tahun 1983 pada pasien AIDS. Infeksi kronis HIV dalam beberapa tahun menunjukkan kerusakan progresif sistem imun yang kemudian memicu defisiensi imun yang parah, infeksi oportunistik, kanker dan kematian (Adler dkk., 2004; Bricker dkk., 1994; Little dkk., 2002). HIV adalah virus RNA golongan retrovirus yang memerlukan reverse transcriptase dalam perkembangbiakannya. Virus terikat pada protein CD4 pada permukaan sel, menghasilkan kopi DNA yang kemudian bergabung dengan DNA sel pejamu dan menjadi provirus (Bricker dkk., 1994). HIV dapat ditransmisikan melalui cara seksual dan parenteral. Ibu hamil yang positif dapat pula menularkan pada bayinya. Metode paling umum transmisi virus adalah hubungan seks homoseksual, heteroseksual, heteroseksual IV drug users, biseksual atau resepien darah. HIV dapat ditemukan pada air mata, air susu, cairan serebrospinal, cairan amnion dan urin. Virus juga ditemukan pada saliva meski transmisi via saliva belum pernah ditunjukkan. Cairan yang hanya dapat menularkan adalah darah, semen, cairan vagina adn air susu ibu (Little dkk., 2002).

Menurut Adler dkk. (2004), perjalanan infeksi HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi tiga yaitu infeksi akut, infeksi kronis dan AIDS. Bricker dkk. (1994) membagi fase tersebut menjadi tiga juga dengan sedikit perbedaan yaitu infeksi HIV, AIDS-related complex (ARC) dan AIDS. Gejala dan tanda infeksi HIV diawali dengan sindrom serokonversi, flu-like fever, weakness 10-14 hari. Pada tahap asimptomatik tidak terdapat tanda dan gejala tetapi pemeriksaan serologis menunjukkan adanya infeksi. Tahap selanjutnya adalah tahap simptomatik yang menunjukkan gejala dan tanda limfadenopati yang persisten, kandidiasis oral, rasio CD4/CD8 berkurang hingga 1, keringat malam, diare, penurunan berat badan, demam, lemas dan malaise. Tahap akhir infeksi HIV memiliki gejala dan tanda rasio CD4/CD8 kurang dari 0,5; HIV enselopati, HIV wasting syndrome, infeksi oportunistik, dan neoplasma (Little dkk., 2002).

Menurut Adler dkk. (2004), penyakit terkait AIDS di negara maju dan negara berkembang memiliki perbedaan. Penyakit terkait AIDS di negara maju meliputi Pneumocytis Pneumonia, candidiasis esofagus, Non-Hodgkin’s limfoma dan tuberculosis; sedangkan pada negara berkembang meliputi tuberculosis, HIV wasting syndrome, cerebral toxoplasmosis dan Cryptococcus meningitis. Infeksi oprtunistik merupakan penyebab utam kematian pada pasien HIV/AIDS. Beberapa infeksi oportunistik yang terjadi pada pasien HIV/AIDS adalah Pneumocytis carinii Pneumonia, toxoplasmosis, candidiasis, cytomegalovirus, Mycobacterium Avium Complex (MAC), Herpes Simplex Virus (HSV), Epstein-Barr virus dan Human Papilloma Virus (HPV) (Little dkk., 2002; Nguyen, 2009; Bennet, 2009).

Tidak ada perawatan yang dapat tmenyembuhkan infeksi HIV/AIDS, agen antiretroviral tidak dapat membunuh virus HIV. Zidovudine dapat menunjukkan efek inhibisi signifikan terhadap sitopatogenisitas HIV. Agen antiretrovirus dapat digolongkan menjadi 3, yaitu analog nucleoside, protease inhibitor dan non-nucleoside reverse transcriptase. Medikasi dimulai kerika pasien HIV/ AIDS mengalami imunosipresi hitung CD4 di bawah 500 dan karena riwayat alami penyakit tersebut, obat ini digunakan dalam waktu tak terbatas (Little dkk., 2002).
Infeksi oprtunistik merupakan penyebab utama kematian pasien dengan infeksi HIV/ AIDS (Little dkk., 2002). Manifestasi oral infeksi HIV/AIDS meliputi infeksi jamur, bakteri, virus dan neoplasma. Jamur yang paling sering nampak adalah dari genus Candida. Infeksi bakteri pada penderita HIV/AIDS biasanya berupa Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG). Infeksi virus biasanya melibatkan HSV, Epstein-Barr Virus, HV, Herpes Zooster Virus (HZV) dan cytomegalovirus (Foltyn, 1994; Bricker dkk., 1994). Neoplasma terkait infeksi HIV/AIDS meliputi Kaposi’s sarcoma, Non-Hodgkin’s lymphoma (Little dkk., 2002).

Infeksi HIV/AIDS mempunyai banyak manifestasi meliputi sistem respirasi, neurologis, oral, mata, muskuloskeletal, hematologi, gastrointestinal dan kulit (Foltyn, 1994). Penatalaksanaan pasien dengan infeksi HIV melibatkan tim ayng berasal dari berbagai bidang ksesehatan dan bidang psikologi dan sosial. Pertimbangan paling besar dalam manajemen dental pasien dengan infeksi HIV/AIDS menitikberatkan pada hitung CD4 dan tingkat imunosupresi pasien. Dokter gigi sebaiknya mengetahui status infeksi oportunistik dan medikasi yang didapatkan pasien untuk profilaksis infeksi oportunistik (Little dkk., 2002). Kontrol infeksi dari pasien ke dokter gigi harus selalui diterapkan. Hal ini termasuk riwayat kesehatan terbaru, masker, glove, minimalisir penggunaan aerosol atau droplet, penggunaan rubber dam, high speed suction, dekontaminasi dan minimalisir penggunaan ultrasonic scaler (Bricker dkk., 1994).

Comments

Popular posts from this blog

Bahasa Tertunda pada Anak Usia 2 Tahun

L anguage and communication! Yeah, that are two basic thing that are needed badly by human. No lives exist without that things. Language is complex issue, relating to physical, psychological, physiological, and cultural. Language does develop since our first contact with our very first environment, include since in our mother womb. This article emphasizes to the language delay to the kids living in the institutions. Bahasa mengacu baik pada kapasitas manusia secara spesifik yang bersifat dapatan dan digunakan sebagai sistem kompleks komunikasi, atau untuk hal spesifik seperti sistem komunikasi kompleks. Bahasa mempunyai banyak fungsi dan kompleksitas. Tiga fungsi dasar bahasa adalah untuk informasi, ekspresi dan instruksi. Bahasa bukan sesuatu yang diturunkan, tetapi harus dipelajari oleh subjek selama bersinggungan dengan lingkungannya. Makin cepat mereka dimasukkan ke tempat pembinaan makin baik, simpul sebuah penelitian. Oleh Robert Preidt Jumat, Juni 17, 2011 Tertaut Halaman Med...

Obat dengan Risiko Jantung pada Individu Diabetik Geriatri

P eneliti menemukan risiko yang lebih rendah dengan metformin, tetapi para ahli menyatakan penelitian itu bukan akhir. Penelitian terbaru menunjukkan individu yang lebih tua (selanjutnya disebut geriatri) yang mempunyai diabetes tipe 2 yang meminum obat golongan sulfonilurea untuk menurunkan kadar gula darahnya ternyata mempunyai risiko yang lebih tinggi terjenak masalah jantung daripada mereka yang minum golongan metformin. Lebih dari 8.500 individu berusia 65 tahun ke atas yang mengidap diabetes tipe 2 mengikuti penelitian ini, dan 12,4% dari mereka yang diberi sulfonilurea mengalami serangan jantung ataupun cardiovascular events lainnya, dibandingkan dengan mereka yang yang meminum metformin (10,4%). Sebagai tambahan, masalah jantung ini bermula lebih awal selama perjalanan perawatan pada mereka yang menerima obat sulfonilurea. Penelitian bandingan head-to-head dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Diabetes Association (ADA) di San Diego. Karena penemuan ini hend...

Kepekaan Lidah Terhadap Lemak VS Kecenderungan Gemuk

Source: ovealiz.wordpress.com M akanan yang kaya lemak seperti es krim dan salad bermayo menggoda banyak orang, tetapi terdapat bukri baru yang mengindikasikan bahwa beberapa orang sebenarnya bisa “merasakan” lemak yang tersembunyi dalam makanan dan mereka yang tidak bisa melakukannya mempunyai kecenderungan memakan lebih banyak makanan kaya lemak tersebut. Dalam presentasi penelitian berseri yang dilakukan oleh Institusi Teknologi Makanan pada pertemuan tahunan Juni 2011 ini, peneliti menjelaskan mengenai penelitian lambat laun mendukung ide bahwa lemak dan asam lemak dapat dicicip, meskipun ‘rasa’ tersebut dideteksi sebagian besar melalui indera penciuman dan tekstur. Individu yang tidak dapat merasakan lemak mempunyai variansi genetik mengenai cara mereka memproses makanan yang kemudian kemungkinan mengarah kepada ngemil makanan berlemak secara tidak sadar. “Mereka yang lebih sensitif terhadap kandungan lemak lebih gampang mengontrol diet mereka”, kata Kathleen L. Keller, r...

Penelitian Hubungan Antara Penyakit Periodontal dengan Komplikasi Kehamilan

smilevancouver.ca Oleh Yiorgos A. Bobetsis, DDS, PhD; Silvana P. Barros, DDS, PhD; Steven Offenbacher, DDS, PhD, MMSc JADA 2006;137(10 supplement):7S-13S. INTISARI Latar Belakang. Bukti yang bertambah banyak menyatakan bahwa gingivitis dan periodontitis maternal merupakan faktor risiko terjadinya lahir prematur dan kelainan kelahiran. Tipe Penelitian yang Diulas . Untuk mengklarifikasi mekanisme yang memungkinkan antara penyakit periodontal dan kelahiran prematur, peneliti meninjau penelitian mengenai efek infeksi patogen periodontal pada hewan coba terhadap keturunannya, termasuk pertumbuhan fetus, abnormalitas struktural plasenta dan kesehatan neonatus. Setelah laporan pertama, pada tahun 1996, mengenai hubungan potensial antara penyakit periodontal ibu dan kelahiran prematur atau bayi lahir berat rendah pada manusia, beberapa penelitian case control dan prospektif telah dipublikasikan. Ulasan ini mengikhtisarkan hal-hal tersebut, dan juga penelitian terdahulu mengenai...

Diabetes Mellitus Neonatal Permanen (Permanent Neonatal Diabetes Mellitus, PNDM)

Apa itu diabetes mellitus neonatal permanen? Diabetes mellitus neonatal permanen adalah tipe diabetes yang pertama kali terlihat pada usia 6 bulan dan terus ada sepanjang hidup. Tipa diabetes ini ditandai dengan adanya kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Insulin mengontrol berapa banyak glukosa (tipe gula) yang melewati darah menuju sel yang diubah menjadi energi. Individu yang menderita diabetes mellitus neonatal permanen mengalami pertumbuhan yang lambat sebelum lahir (retardasi pertumbuhan intrauterin). Balita yang terkena mengalami hiperglikemia dan hilangnya cairan dalam jumlah besar (dehidrasi) dan tidak mampu menaikkan berat badannya secara normal. Dalam beberapa kasus, individu yang mengalami diabetes mellitus neonatal permanen akan mengalami masalah neurologis, termasuk pertumbuhan yang tertunda dan kejang berulang (epilepsi). Kombinasi antara pertumbuhan yang tertunda, epilepsi, dan diabetes neonatal disebut sindrom DEND...