Gigi Anak

Merawat Senyum Si Kecil dan Keluarga Tercinta

23/08/2009

Manifestasi Oral pada Diabetes Melitus Tipe 2: Tinjauan Kasus Gingivitis Diabetik dan Penatalaksanaan Klinis

Manifestasi klinis diabetic gingivitis dengan pembesaran gusi dan kemerahan pada pasien diabetes tidak terkontrol.

Terakhir diperbaharui 23 Desember 2025 

Penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus (DM) seringkali memberikan tanda-tanda awal di rongga mulut sebelum gejala sistemik lainnya disadari. Artikel ini mengulas arsip laporan kasus mengenai manifestasi klinis DM Tipe 2, khususnya Diabetic Gingivitis, serta panduan terbaru dalam menangani pasien dengan gangguan metabolik ini.


Pendahuluan: Laporan Kasus Arsip

Laporan ini membahas manifestasi penyakit sistemik pada rongga mulut, dengan fokus utama pada Diabetes Melitus (DM) Tipe 2. Kasus yang diangkat secara spesifik menggambarkan kondisi Diabetic Gingivitis, yang ditandai dengan pembesaran gusi (hiperplastik) dan kemerahan (eritematosa) pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol.

Laporan ini disusun di bawah supervisi drg. Supriatno, PhD, yang telah memberikan bimbingan komprehensif selama proses penyusunan untuk memastikan akurasi diagnosis dan rencana perawatan.


Tinjauan Pustaka: Memahami Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok kelainan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia kronis, yaitu kondisi tingginya kadar gula darah akibat kekurangan insulin, baik secara relatif maupun mutlak. Secara klinis, DM dapat bermanifestasi sebagai kelainan metabolik maupun gangguan pembuluh darah (vaskuler).

Berdasarkan klasifikasi American Diabetic Association (2003), Diabetes Melitus Tipe 2 adalah jenis yang paling sering ditemukan. Pada individu sehat, kadar glukosa darah normal berkisar antara 60-150 mg/dl. Hormon insulin memegang peranan vital dalam menjaga keseimbangan (homeostasis) ini.

Gejala Klasik DM Tipe 2:

  1. Poliuria: Buang air kecil berlebihan.

  2. Polidipsia: Rasa haus berlebih akibat dehidrasi.

  3. Polifagi: Rasa lapar berlebih karena sel tubuh "kelaparan" energi.

  4. Penurunan berat badan: Terjadi secara paradoks karena sel tidak mampu menyimpan glukosa.


Manifestasi Diabetes pada Rongga Mulut

Kondisi hiperglikemia yang tidak terkontrol memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan rongga mulut:

  • Penyakit Periodontal: Pasien DM memiliki risiko tinggi mengalami kerusakan jaringan penyangga gigi akibat penurunan fungsi sel darah putih (leukosit) dan pembentukan Advanced Glycation End-products (AGE) yang merusak kolagen.
  • Xerostomia (Mulut Kering): Penurunan aliran saliva yang mengakibatkan mulut terasa kering dan rentan infeksi.
  • Karies Gigi: Kombinasi xerostomia dan tingginya kadar glukosa dalam cairan mulut memicu bakteri penyebab lubang gigi.
  • Infeksi Jamur (Kandidiasis): Sering bermanifestasi sebagai median rhomboid glossitis, denture stomatitis, atau angular cheilitis.
  • Burning Mouth Syndrome: Sensasi terbakar akibat neuropati perifer dan gangguan pengecapan.


Pengayaan: Panduan Keamanan Tindakan Kedokteran Gigi

Sebagai tambahan informasi penting dalam pengelolaan pasien diabetes, tenaga medis harus memperhatikan ambang batas kadar gula darah (KGD) sebelum melakukan tindakan invasif (seperti pencabutan gigi atau bedah minor) untuk menghindari risiko infeksi dan kegagalan penyembuhan luka.

Tabel Ambang Batas Kadar Gula Darah untuk Tindakan Gigi

Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dL)Risiko KlinisRekomendasi Tindakan
< 140Normal / TerkontrolAman untuk semua tindakan kedokteran gigi.
140 - 200Risiko SedangTindakan rutin aman; tindakan bedah minor dilakukan dengan hati-hati.
200 - 250Risiko TinggiTunda tindakan bedah; hanya lakukan perawatan darurat & rujuk ke internis.
> 250Sangat BerisikoKontraindikasi tindakan gigi; risiko infeksi berat dan penyembuhan lambat sangat tinggi.

Penting: Parameter terbaik untuk menilai kontrol glikemik jangka panjang adalah nilai HBA1c. Nilai HBA1c di bawah 7% dianggap ideal bagi pasien diabetes untuk menerima perawatan gigi secara rutin.


Penatalaksanaan dan Kesimpulan

Tujuan utama penatalaksanaan medis pasien DM adalah menjaga kadar glukosa darah mendekati normal. Pengendalian glikemik yang baik terbukti dapat menunda komplikasi, baik yang bersifat mikrovaskuler maupun makrovaskuler.

Dalam konteks kesehatan gigi dan mulut, pendekatan konservatif dan non-bedah lebih disarankan. Edukasi manajemen mandiri, pengaturan diet, pembersihan karang gigi (scaling) secara rutin, dan kontrol plak yang ketat adalah kunci utama dalam mencegah keparahan Diabetic Gingivitis.

Hubungan Timbal Balik (Two-Way Street)

Penelitian terbaru mengonfirmasi hubungan timbal balik antara diabetes dan penyakit gusi. Peradangan gusi yang tidak diobati dapat memperburuk resistensi insulin, dan sebaliknya, gula darah yang tinggi memperparah kerusakan gusi. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mulut adalah bagian tak terpisahkan dari manajemen diabetes secara keseluruhan.

Checklist Persiapan Pasien Diabetes Sebelum ke Dokter Gigi

Agar kunjungan ke dokter gigi berjalan lancar dan minim risiko, pastikan Anda mengikuti langkah-langkah berikut:

[ ] Konsultasi dengan Dokter Penyakit Dalam: Pastikan kondisi diabetes Anda stabil. Jika perlu, minta surat rujukan atau rekomendasi tertulis dari dokter spesialis penyakit dalam sebelum tindakan bedah (seperti pencabutan gigi).
[ ] Cek Kadar HbA1c Terbaru: Mengetahui nilai $HbA_{1c}$ (rata-rata gula darah 3 bulan terakhir) jauh lebih penting daripada sekadar gula darah sewaktu. Target ideal adalah di bawah 7%.
[ ] Jangan Melewatkan Jadwal Makan: Pastikan Anda sudah makan/sarapan sebelum datang ke klinik untuk mencegah risiko Hipoglikemia (gula darah drop) saat tindakan.
[ ] Tetap Konsumsi Obat/Insulin: Gunakan obat diabetes atau injeksi insulin sesuai dosis dan jadwal rutin Anda, kecuali ada instruksi khusus dari dokter.
[ ] Pilih Jadwal Kunjungan Pagi Hari: Tubuh memiliki kadar kortisol alami yang lebih tinggi di pagi hari, yang membantu menstabilkan kadar gula darah selama prosedur yang mungkin memicu stres.
[ ] Berikan Daftar Obat Lengkap: Informasikan kepada dokter gigi semua obat yang sedang Anda konsumsi, termasuk pengencer darah jika ada.
[ ] Sampaikan Gejala Hipoglikemia: Jika di tengah tindakan Anda merasa gemetar, berkeringat dingin, pusing, atau sangat lapar, segera beri tahu dokter gigi.

Daftar Pustaka & Kredit Akademis

Pembimbing Klinis:

drg. Supriatno, PhD (Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada).

Referensi Utama:

  1. American Diabetes Association (ADA). Standards of Care in Diabetes 2024-2025. (Klasifikasi dan ambang batas glikemik terbaru).
  2. Glick, M., & Greenberg, M. S. Burket's Oral Medicine (13th Edition). (Manifestasi oral penyakit sistemik).
  3. Newman, M. G., et al. Newman and Carranza's Clinical Periodontology. (Patogenesis Diabetic Gingivitis dan peran AGEs).
  4. Preshaw, P. M., et al. Periodontitis and Diabetes: A Two-Way Relationship. Diabetologia. (Studi hubungan timbal balik kesehatan gusi dan gula darah).
  5. FDI World Dental Federation. Oral Health and Diabetes: A Guide for Dental Professionals (2025). (Protokol keamanan tindakan kedokteran gigi).
Bacaan terkait:

Untuk melengkapi artikel komprehensif Anda, berikut adalah daftar referensi yang disusun berdasarkan standar akademis kedokteran gigi. Referensi ini mencakup sumber fondasi (klasik) yang mendasari laporan kasus Anda hingga literatur terbaru yang mendukung konsep "dua arah" (two-way street) antara diabetes dan kesehatan mulut.


Daftar Pustaka / Referensi Artikel

1. Standar Klinis & Klasifikasi (Internasional)

  • American Diabetes Association (ADA). (2003). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 26(suppl 1), s5-s20. (Sumber utama untuk klasifikasi tipe diabetes dalam laporan kasus Anda).
  • American Diabetes Association. (2024). Standards of Care in Diabetes—2024. Diabetes Care. (Pembaruan untuk ambang batas HbA1c dan manajemen glikemik terkini).

2. Buku Ajar Utama (Oral Medicine & Periodontology)

  • Glick, M., & Greenberg, M. S. (2021). Burket's Oral Medicine (13th Ed.). John Wiley & Sons. (Referensi standar untuk manifestasi penyakit sistemik seperti DM pada rongga mulut).
  • Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A. (2018). Newman and Carranza's Clinical Periodontology (13th Ed.). Elsevier. (Menjelaskan mekanisme Diabetic Gingivitis, fungsi leukosit, dan peran AGEs dalam kerusakan kolagen).
  • Regezi, J. A., Sciubba, J. J., & Jordan, R. C. (2016). Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations. Elsevier Health Sciences.

3. Jurnal Ilmiah (Mekanisme & Hubungan Timbal Balik)

  • Preshaw, P. M., et al. (2012). Periodontitis and Diabetes: a two-way relationship. Diabetologia, 55(1), 21-31. (Referensi kunci untuk penjelasan hubungan timbal balik antara gula darah dan kesehatan gusi).
  • Taylor, G. W. (2001). Bidirectional interrelationships between diabetes and periodontal diseases: an epidemiologic perspective. Annals of Periodontology, 6(1), 99-112.
  • Polak, D., & Shapira, L. (2018). An update on the evidence for pathogenic mechanisms that may link periodontitis and diabetes. Journal of Clinical Periodontology, 45(2), 150-166. (Mendukung pengayaan mengenai sitokin pro-inflamasi dan resistensi insulin).

4. Panduan Klinis Praktis (Dental Management)

  • Ship, J. A. (2003). Diabetes and oral health: an overview. Journal of the American Dental Association (JADA). (Penting untuk pembahasan xerostomia dan risiko karies pada pasien DM).
  • FDI World Dental Federation. (2025). Oral Health and Diabetes: A Guide for Dental Professionals. (Referensi terbaru untuk protokol keamanan tindakan invasif di klinik gigi).

2 komentar:

  1. saya mau mengutip tulisan saudara. ada daftar pustaka nya tidak? thx..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo! Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya karena baru bisa membalas komentar Anda setelah sekian lama. Terima kasih atas ketertarikan Anda untuk mengutip tulisan ini.

      Saya baru saja memperbarui artikel ini dan sudah menyertakan daftar pustaka di bagian bawah sebagai referensi pendukung. Semoga data tersebut masih bisa bermanfaat bagi Anda atau bagi pembaca lain yang membutuhkannya untuk referensi akademik maupun edukasi. Salam sehat!

      Hapus