
Tingkat Kesulitan: Tinggi (Klinis & Manajemen Medis) | Waktu Baca: ± 18 Menit
Terakhir Diperbaharui: 23 Desember 2025
Diabetes Melitus (DM) bukan lagi penyakit yang jarang ditemui di ruang praktik dokter gigi. Dengan prevalensi yang terus meningkat secara global, praktisi dental dituntut untuk memiliki pemahaman mendalam mengenai patofisiologi, protokol diagnostik terbaru, serta modifikasi perawatan dental guna mencegah komplikasi sistemik yang fatal.
1. Klasifikasi dan Etiologi DM (Update 2025)
Berdasarkan standarisasi terbaru, klasifikasi DM didasarkan pada etiologi penyakit:
- DM Tipe 1: Kerusakan autoimun sel beta pankreas yang menyebabkan defisiensi insulin absolut. Umumnya terjadi pada anak-anak/remaja (juvenile-onset), namun tetap bisa muncul di usia dewasa. Pasien sangat rentan terhadap Ketoasidosis.
- DM Tipe 2: Akibat resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Merupakan 90-95% dari total kasus. Erat kaitannya dengan gaya hidup, obesitas, dan faktor genetik.
- DM Gestasional (GDM): Intoleransi glukosa yang pertama kali terdeteksi saat kehamilan.
- Tipe Spesifik Lain: Akibat kerusakan genetik, penyakit eksokrin pankreas, atau efek samping obat-obatan (seperti glukokortikoid).
2. Patofisiologi: Mengapa Dokter Gigi Harus Waspada?
Insulin berfungsi menjaga homeostasis glukosa darah pada rentang 60 – 150 mg/dL. Pada penderita DM, hiperglikemia kronis memicu triad gejala klasik:
- Poliuria: Urinasi berlebihan akibat diuresis osmotik.
- Polidipsi: Rasa haus berlebihan akibat dehidrasi.
- Polifagi: Rasa lapar berlebihan karena sel "kelaparan" glukosa.
Secara sistemik, kondisi ini memicu komplikasi mikrovaskuler (retinopati, nefropati) dan makrovaskuler (penyakit jantung, stroke). Dalam rongga mulut, hal ini bermanifestasi sebagai gangguan penyembuhan luka dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi bakteri maupun jamur.
3. Kriteria Diagnostik Terbaru
Diagnosis DM ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
- Kadar glukosa plasma sewaktu > 200$ mg/dL disertai gejala klasik.
- Kadar glukosa plasma puasa > 126$ mg/dL.
- Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) > 200$ mg/dL pada jam ke-2.
- HbA1c: Indikator kontrol glikemik 2-3 bulan terakhir. Nilai ideal adalah < 7%.
4. Pertimbangan Penatalaksanaan Dental
Manajemen pasien DM di klinik gigi memerlukan ketelitian ekstra untuk meminimalisir kegawatdaruratan intraoperatif.
A. Riwayat Medis dan Asesmen
Dokter gigi wajib menanyakan:
- Kadar gula darah harian terbaru dan nilai HbA1c terakhir.
- Riwayat dan frekuensi episode hipoglikemik.
- Jenis obat yang dikonsumsi (Insulin atau antidiabetes oral).
Interaksi Obat: Waspadai penggunaan Salisilat (Aspirin) karena dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan memicu hipoglikemia. Sebaliknya, Epinefrin dalam anestesi lokal dan Kortikosteroid memiliki efek hiperglikemik (meningkatkan gula darah).
B. Protokol Kunjungan
- Waktu: Kunjungan pagi hari lebih disarankan karena kadar kortisol endogen lebih tinggi (membantu menaikkan gula darah).
- Durasi: Pendek dan sebisa mungkin bebas stres.
- Jadwal Makan: Pastikan pasien sudah makan dan meminum obat rutinnya sebelum tindakan.
C. Manajemen Kegawatdaruratan: Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah komplikasi paling umum selama perawatan dental.
- Gejala: Mood berubah, lemah, berkeringat dingin, takikardia, hingga pingsan.
- Penanganan: Segera hentikan tindakan. Berikan 15 gram karbohidrat aksi cepat (tablet glukosa, jus buah, atau permen). Jika pasien tidak sadar, berikan dekstrosa 50% IV atau glukagon IM.
5. Manifestasi Rongga Mulut pada Pasien DM
| Kondisi | Penjelasan Klinis |
| Penyakit Periodontal | Resiko periodontitis parah meningkat akibat penurunan fungsi leukosit dan akumulasi AGEs (Advanced Glycation Endproducts). |
| Xerostomia | Mulut kering terjadi pada 40-80% pasien, meningkatkan risiko karies dan infeksi. |
| Kandidiasis Oral | Infeksi jamur (seperti median rhomboid glossitis) akibat kontrol glikemik buruk. |
| Burning Mouth | Sensasi terbakar pada lidah atau mukosa akibat neuropati perifer. |
| Gangguan Penyembuhan | Luka pasca-pencabutan cenderung lambat dan berisiko infeksi sekunder. |
6. Kesimpulan dan Implikasi Klinis
Diabetes Melitus memberikan pengaruh signifikan terhadap keberhasilan perawatan dental. Dokter gigi memiliki peran krusial dalam mendeteksi tanda-tanda DM yang tidak terdiagnosis melalui manifestasi oral. Pengaturan infeksi periodontal telah terbukti memberikan efek positif pada kontrol glikemik sistemik pasien. Dengan manajemen yang tepat, kita dapat berkontribusi pada kesehatan optimum pasien DM.
Daftar Pustaka / Referensi
- Lalla, R. V., & D’Ambrosio, J. A. (2001). Dental Management Considerations for the Patient with Diabetes Mellitus. JADA, 132(10), 1425-1432.
- American Diabetes Association (ADA). (2025). Standards of Medical Care in Diabetes.
- Mealey, B. L. (1998). Impact of advances in diabetes care on dental treatment. Compendium.
- Guggenheimer, J., et al. (2000). Insulin-dependent diabetes mellitus and oral soft tissue pathologies. Oral Surg Oral Med Oral Pathol.
- National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). (2024 Update). Diabetes and Oral Health Statistics.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar