Skip to main content

Merokok, Tekanan Darah Tinggi dan Diabetes Dapat Memacu Demensia

Smoke. Smog! and Fog?!
Oh no! Combine it with hypertension and blend them with diabetes mellitus lead to 'ceased to exist'. :D

Anyway, this slip article taken from my favourite source site might be taken as a light reference. But, indeed, it might be worth to countermeasure one lifestyle that can enlighten other well-being. Whichever is fine. But, hey, for me, memory is diary that we take with us forever. I don't want to have premature dementia, and I think neither do we.



So, happy reading this article (being translated).

Merokok, Tekanan Darah Tinggi dan Diabetes Dapat Memacu Demensia
Author: Allison Gandey

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa pada populasi usia pertengahan perokok atau mempunyai tekanan darah tinggi ataupun diabetes cenderung mengalami demensia pada usia tuanya. Artikel yang dipublikasikan secara online pada tanggal 19 Agustus 2009 dalam Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry, peneliti menyatakan bahwa pengaturan faktor-faktor resiko penyakit kardiovaskuler pada usia pertengahan dapat mencegah demensia yang mungkin berkembang.

“Populasi penelitian kami meliputi ras kulit putih dan Afrika Amerika”, jelas peneliti utama Alvaro Alonso, MD dari Universitas minessota di Minneapolis seperti yang diceritakan pada Medscape Neurology. “Kami mampu, untuk pertama kalinya, menunjukkan bahwa terdapat hubungan faktor resiko kardiovaskuler pada usia pertengahan dengan demensia pada usia lanjut pada kedua ras dan kelompok etnik”.
Secara keseluruhan, ras kulit hitam mempunyai risiko hospitalisasi 2,5 kali lebih tinggi daripada ras kulit putih. Wanita kulit hitam mempunyai risiko yang paling besar.

Risiko Tinggi.

Perokok mempunyai risiko 70% lebih besar menderita demensia dibandingkan non-perokok. Individu dengan tekanan darah tinggi mempunyai risiko 60% lebih besar menderita demensia daripada yang tidak, dan individu dengan diabetes mempunyai risiko dua kali lebih besar dibandingkan individu yang tidak diabetes dalam risiko penyimpangan kognitif.

Peneliti juga menunjukkan bahwa risiko kardiovaskuler yang terukur pada masa awal kehidupan menjadi prediktor demensia yang lebih baik pada usia tua nantinya. "Hasil ini, sekali lagi, mendukung perntingnya memberikan perhatian lebih terhadap faktor risiko kardiovaskuler pada usia pertangahan”, terang Dr. Alonso.
Peneliti mempelajari lebih dari 11.000 subjek yang merupakan anggota Komunitas Risiko Atherosklerosis (Atherosclerosis Risk in Communitiis; ARIC). Subjek berusia 46 – 70 tahun menjalani pemeriksaan fisik dan tes kognitif. Pasien diikuti selama lebih dari satu dekade untuk melihat berapa subjek yang kemudian menderita demensia.
Peneliti menemukan 203 pasien yang memiliki riwayat hospitalisasi dengan demensia. Merokok, tekanan darah tinggi dan diabetes berhubungan erat dengan diagnosis ini

Faktor Risiko Kardiovaskuler Terkait Demensia
Faktor Risiko Rasio Bahaya Tingkat kepercayaan 95%
Merokok 1.7 1.2 hingga 2.5
Hipertensi 1.6 1.2 hingga 2.2
Diabetes 2.2 1.6 hingga 3.0

Dalam analisis yang melibatkan informasi terbaru mengenai faktor risiko selama follow-up, rasio bahaya demensia pada subjek hipertensif versus subjek non-hipertensif adalah 1,8 untuk usia 55 tahun dibandingkan dengan 1,0 untuk usia 70 tahun ke atas. Peneliti mengamati hasil yang mirip untuk diabetes, dengan rasio bahaya 3,5 untuk usia 55 tahun dan 2,0 untuk individu berusia 70 tahun ke atas. Untuk merokok, rasio bahaya adalah 4,8 untuk usia 55 tahun dan 0,5 untuk pasien usia 70 tahun ke atas.

“Kita hanya mampu mengidentifikasi individu demensia yang datang ke rumah sakit”, tegas Dr. Alonso. “Dengan demikian, sangat mungkin kami telah melewatkan beberapa orang demensia. Meski demikian, kami melakukan sejumlah analisis tambahan untuk menentukan apakah hal ini membuat hasilnya menjadi bias. Secara keseluruhan, kami yakin bahwa keterbatasan ini tidak mengandung pengaruh berarti pada kesimpulan keseluruhan”.

Peneliti mengacu pada kritik lain yang dapat menjelaskan hasil penelitian. “Faktor tak terukur pada populasi kami dapat dihubungkan dengan adanya faktor risiko kardiovaskuler dan juga meningkatkan risiko demensia,” tambah Dr. Alonso. Sebagai contoh, penanda genetik yang meningkatkan baik risiko hipertensi dan demensia dapat sedang berlangsung. “Ini adalah kemungkinan,” katanya, “tetapi menurut analisis kami, kami telah mengatur variabel yang paling penting yang berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskuler dan demensia, termasuh beberapa faktor genetik seperti apoliprotein E”.

Buruk untuk Jantung, Buruk untuk Otak
Pada Dementia and Geriatric Cognitive Disorders terbitan Agustus, peneliti mempunyai kesimpulan yang mirip dan melaporkan bahwa peningkatan kolesterol pada pertengahan usia dapat meningkatkan risiko demensia (Dement Geriatr Cogn Disord. 2009;28:75–80).
Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya oleh Medscape Neurology, peneliti utama Alina Solomon, MD dari the University of Kuopio, Finlandia, menggunakan data dari the Kaiser Permanente Northern California Medical Group untuk menginvestigasi hubungan antara kolesterol dan demensia dan menemukan bahwa bahkan tingkat kolesterol 200 – 239 mg/dL dapat meningkatkan risiko.

“Baik dokter maupun pasien perlu mengetahui bahwa peningkatan kolesterol memperbesar risiko tidak hanya penyakit jantung, tetapi juga untuk demensia”, kata Dr. Solomon.
Selama wawancara ketika studi Solomon pertama kali diterbitkan, Robert Stewart, MD, dari King's College London di Inggris, mengatakan bahwa data tersebut meyakinkan dan konsisten dengan penelitian lain yang telah menskrining populasi komunitas untuk kelainan ini.

“ Secara umum”, kata Dr. Stewart, “terdapat bukti kuat yang mengindikasikan pa yang buruk untuk jantung juga buruk untuk otak – yang dengan demikian, faktor risiko untuk penyakit jantung koroner dan stroke juga menjadi faktor risiko demensia.
The ARIC study was funded by the National Heart, Lung and Blood Institute. The researchers have disclosed no relevant financial relationships.
J Neurol Neurosurg Psychiatry. Published online August 19, 2009.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bahasa Tertunda pada Anak Usia 2 Tahun

L anguage and communication! Yeah, that are two basic thing that are needed badly by human. No lives exist without that things. Language is complex issue, relating to physical, psychological, physiological, and cultural. Language does develop since our first contact with our very first environment, include since in our mother womb. This article emphasizes to the language delay to the kids living in the institutions. Bahasa mengacu baik pada kapasitas manusia secara spesifik yang bersifat dapatan dan digunakan sebagai sistem kompleks komunikasi, atau untuk hal spesifik seperti sistem komunikasi kompleks. Bahasa mempunyai banyak fungsi dan kompleksitas. Tiga fungsi dasar bahasa adalah untuk informasi, ekspresi dan instruksi. Bahasa bukan sesuatu yang diturunkan, tetapi harus dipelajari oleh subjek selama bersinggungan dengan lingkungannya. Makin cepat mereka dimasukkan ke tempat pembinaan makin baik, simpul sebuah penelitian. Oleh Robert Preidt Jumat, Juni 17, 2011 Tertaut Halaman Med...

Obat dengan Risiko Jantung pada Individu Diabetik Geriatri

P eneliti menemukan risiko yang lebih rendah dengan metformin, tetapi para ahli menyatakan penelitian itu bukan akhir. Penelitian terbaru menunjukkan individu yang lebih tua (selanjutnya disebut geriatri) yang mempunyai diabetes tipe 2 yang meminum obat golongan sulfonilurea untuk menurunkan kadar gula darahnya ternyata mempunyai risiko yang lebih tinggi terjenak masalah jantung daripada mereka yang minum golongan metformin. Lebih dari 8.500 individu berusia 65 tahun ke atas yang mengidap diabetes tipe 2 mengikuti penelitian ini, dan 12,4% dari mereka yang diberi sulfonilurea mengalami serangan jantung ataupun cardiovascular events lainnya, dibandingkan dengan mereka yang yang meminum metformin (10,4%). Sebagai tambahan, masalah jantung ini bermula lebih awal selama perjalanan perawatan pada mereka yang menerima obat sulfonilurea. Penelitian bandingan head-to-head dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Diabetes Association (ADA) di San Diego. Karena penemuan ini hend...

Kepekaan Lidah Terhadap Lemak VS Kecenderungan Gemuk

Source: ovealiz.wordpress.com M akanan yang kaya lemak seperti es krim dan salad bermayo menggoda banyak orang, tetapi terdapat bukri baru yang mengindikasikan bahwa beberapa orang sebenarnya bisa “merasakan” lemak yang tersembunyi dalam makanan dan mereka yang tidak bisa melakukannya mempunyai kecenderungan memakan lebih banyak makanan kaya lemak tersebut. Dalam presentasi penelitian berseri yang dilakukan oleh Institusi Teknologi Makanan pada pertemuan tahunan Juni 2011 ini, peneliti menjelaskan mengenai penelitian lambat laun mendukung ide bahwa lemak dan asam lemak dapat dicicip, meskipun ‘rasa’ tersebut dideteksi sebagian besar melalui indera penciuman dan tekstur. Individu yang tidak dapat merasakan lemak mempunyai variansi genetik mengenai cara mereka memproses makanan yang kemudian kemungkinan mengarah kepada ngemil makanan berlemak secara tidak sadar. “Mereka yang lebih sensitif terhadap kandungan lemak lebih gampang mengontrol diet mereka”, kata Kathleen L. Keller, r...

Penelitian Hubungan Antara Penyakit Periodontal dengan Komplikasi Kehamilan

smilevancouver.ca Oleh Yiorgos A. Bobetsis, DDS, PhD; Silvana P. Barros, DDS, PhD; Steven Offenbacher, DDS, PhD, MMSc JADA 2006;137(10 supplement):7S-13S. INTISARI Latar Belakang. Bukti yang bertambah banyak menyatakan bahwa gingivitis dan periodontitis maternal merupakan faktor risiko terjadinya lahir prematur dan kelainan kelahiran. Tipe Penelitian yang Diulas . Untuk mengklarifikasi mekanisme yang memungkinkan antara penyakit periodontal dan kelahiran prematur, peneliti meninjau penelitian mengenai efek infeksi patogen periodontal pada hewan coba terhadap keturunannya, termasuk pertumbuhan fetus, abnormalitas struktural plasenta dan kesehatan neonatus. Setelah laporan pertama, pada tahun 1996, mengenai hubungan potensial antara penyakit periodontal ibu dan kelahiran prematur atau bayi lahir berat rendah pada manusia, beberapa penelitian case control dan prospektif telah dipublikasikan. Ulasan ini mengikhtisarkan hal-hal tersebut, dan juga penelitian terdahulu mengenai...

Diabetes Mellitus Neonatal Permanen (Permanent Neonatal Diabetes Mellitus, PNDM)

Apa itu diabetes mellitus neonatal permanen? Diabetes mellitus neonatal permanen adalah tipe diabetes yang pertama kali terlihat pada usia 6 bulan dan terus ada sepanjang hidup. Tipa diabetes ini ditandai dengan adanya kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Insulin mengontrol berapa banyak glukosa (tipe gula) yang melewati darah menuju sel yang diubah menjadi energi. Individu yang menderita diabetes mellitus neonatal permanen mengalami pertumbuhan yang lambat sebelum lahir (retardasi pertumbuhan intrauterin). Balita yang terkena mengalami hiperglikemia dan hilangnya cairan dalam jumlah besar (dehidrasi) dan tidak mampu menaikkan berat badannya secara normal. Dalam beberapa kasus, individu yang mengalami diabetes mellitus neonatal permanen akan mengalami masalah neurologis, termasuk pertumbuhan yang tertunda dan kejang berulang (epilepsi). Kombinasi antara pertumbuhan yang tertunda, epilepsi, dan diabetes neonatal disebut sindrom DEND...