Gigi Anak

Merawat Senyum Si Kecil dan Keluarga Tercinta

06/09/2009

Farmakologi Anestesi Lokal: Mekanisme Kerja, Efek Sistemik, dan Keamanan Pasien

Infografis mekanisme farmakokinetika (absorpsi, distribusi, metabolisme amida vs ester, ekskresi) dan efek farmakodinamika anestesi lokal pada sistem saraf pusat serta kardiovaskuler.

Tingkat Kesulitan: Tinggi (Akademis & Farmakologi Klinis) | Waktu Baca: ± 15 Menit
Terakhir Diperbaharui: 23 Desember 2025

Dalam praktik kedokteran gigi, setiap miligram obat yang diinjeksikan memiliki konsekuensi sistemik. Pemahaman mengenai Farmakokinetika dan Farmakodinamika bukan sekadar teori akademis, melainkan protokol keselamatan utama untuk mencegah kegawatdaruratan medis.


I. Farmakokinetika: Nasib Obat dalam Tubuh (ADME)

1. Absorpsi (Penyerapan)

Kecepatan obat masuk ke sirkulasi darah dipengaruhi oleh rute pemberian dan vasoaktivitas.

  • Vasodilatasi: Hampir semua anestesi lokal (kecuali kokain) bersifat vasodilator. Prokain adalah vasodilator paling kuat, yang mempercepat absorpsi obat ke darah namun memperpendek durasi kerja di lokasi saraf.
  • Rute Topikal: Absorpsi pada mukosa trakea setara dengan injeksi intravena, sehingga penggunaan anestesi semprot/oles harus tetap terukur.

2. Distribusi (Penyebaran)

Obat mengalir ke organ dengan perfusi darah tinggi seperti otak, hati, dan ginjal. Otot rangka bertindak sebagai tempat penyimpanan (reservoir) terbesar bagi obat di dalam tubuh.

3. Metabolisme (Biotransformasi)

  • Golongan Ester: Dihidrolisis di plasma darah oleh enzim pseudokolinesterase.
  • Golongan Amida: Dimetabolisme di hati (hepar). Kondisi kegagalan hati (sirosis/hepatitis) meningkatkan risiko toksisitas amida secara signifikan.

4. Ekskresi (Pembuangan)

Ginjal adalah organ utama pembuangan. Sisa metabolit yang tidak terbuang sempurna pada pasien gangguan ginjal dapat memicu akumulasi kadar obat dalam darah.


II. Farmakodinamika: Efek Sistemik

1. Sistem Saraf Pusat (CNS)

Anestesi lokal mampu menembus sawar darah-otak. Pada level overdosis, gejala awal meliputi bicara kacau, tinitus (telinga berdenging), dan rasa logam di mulut, yang kemudian dapat berkembang menjadi kejang tonik-klonik dan henti napas.

2. Sistem Kardiovaskuler (CVS)

Obat ini menurunkan kekuatan kontraksi jantung dan kecepatan konduksi. Pada dosis toksik, dapat terjadi hipotensi berat hingga henti jantung (cardiac arrest).


III. Pengayaan: Tabel Dosis Maksimal (Update 2025)

Untuk menjamin keselamatan, klinisi harus menghitung Dosis Maksimal Rekomendasi (MRD) berdasarkan berat badan pasien. Overdosis sering terjadi pada pasien anak atau lansia dengan berat badan rendah jika menggunakan dosis dewasa standar.

Bahan Anestesi LokalDosis Maksimal (mg/kg)Dosis Maksimal Mutlak (Dewasa)Contoh Carpule (1.8 ml)
Lidocaine 2% + Epi7.0 mg/kg500 mg± 13-14 Carpule
Articaine 4% + Epi7.0 mg/kgTidak Ada Batas Mutlak*± 6-7 Carpule
Mepivacaine 3%6.6 mg/kg400 mg± 7-8 Carpule
Bupivacaine 0.5%2.0 mg/kg90 mg± 10 Carpule

*Articaine dimetabolisme sangat cepat di plasma, namun tetap disarankan tidak melebihi dosis mg/kg.

Contoh Kalkulasi Klinis:

Jika seorang pasien memiliki berat badan 50 kg dan akan menggunakan Lidocaine 2%:

  1. MRD: 50 x 7m/kg = 350 mg
  2. Kandungan per Carpule (1.8 ml): 2% x 1.8 ml = 36 mg
  3. Jumlah Maksimal Carpule: 350 mg / 36 mg, kurang lebih maksimal 9 Carpule.


IV. Manajemen Kedaruratan: Toksisitas (LAST)

Jika terjadi gejala overdosis sistemik (LAST - Local Anesthetic Systemic Toxicity), protokol terbaru 2025 menekankan pada:

  • Airway Management: Pastikan oksigenasi 100%.
  • Lipid Rescue Therapy: Pemberian emulsi lemak intravena (Intralipid 20%) untuk mengikat molekul anestesi lokal dalam darah.
  • Hindari Vasopresin: Dalam kondisi kejang akibat LAST, penggunaan vasopresin tidak direkomendasikan.


Kesimpulan

Pengetahuan farmakologi adalah garis pertahanan pertama bagi keselamatan pasien. Dengan selalu menghitung dosis berdasarkan berat badan dan memahami status fungsi organ pasien (hati/ginjal), risiko komplikasi fatal dapat diminimalisir.

Daftar Pustaka / Referensi

  • Materi Kuliah: drg. Poerwati Soetji R, SpBM. (Blok Bedah Mulut: Anestesi).
  • Malamed, S. F. (2025 Update). Handbook of Local Anesthesia (8th Edition). Elsevier.
  • Ganiswarna, S. (1995). Farmakologi dan Terapi. FK UI.
  • ASRA Pain Medicine. (2024). Checklist for Managing Local Anesthetic Systemic Toxicity.
  • Becker, D. E., & Reed, K. L. (2012). Essentials of Local Anesthetic Pharmacology. Anesthesia Progress.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar