Gigi Anak

Merawat Senyum Si Kecil dan Keluarga Tercinta

23/08/2009

Waspada Reaksi Hipersensitivitas Obat: Laporan Kasus Stevens-Johnson Syndrome (SJS)

Gejala SJS meliputi krusta hitam pada bibir, stomatitis erosif di rongga mulut, dan ruam kemerahan (eritema) pada batang tubuh.
Tingkat Kesulitan: Tinggi (Klinis & Kedaruratan) | Waktu Baca: ± 12 Menit

Terakhir Diperbaharui: 23 Desember 2025

Stevens-Johnson Syndrome (SJS): Alergi Obat Berat yang Berawal dari Lesi Mulut

Obat-obatan antibiotik sering kali menjadi pilihan utama dalam menangani infeksi. Namun, di balik manfaatnya, terdapat potensi risiko reaksi hipersensitivitas yang tidak boleh diabaikan. Salah satu manifestasi klinis yang berat dan mengancam jiwa adalah Stevens-Johnson Syndrome (SJS).


Ilustrasi Kasus: Krisis Mukokutaneus Akibat Obat

Riwayat Penyakit

Seorang pasien wanita berusia 30 tahun dirujuk ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan utama demam tinggi, kesulitan menelan (disfagia), peradangan mulut yang parah (stomatitis erosif) disertai air liur yang terus menetes (drooling), serta munculnya ruam kemerahan yang gatal pada kulit.

Empat hari sebelumnya, pasien mengonsumsi Zistic (Azithromycin) untuk sakit tenggorokan. Kondisi memburuk cepat dengan munculnya mata merah (konjungtivitis) dan ruam pada tubuh. Lidah tertutup selaput putih (coated tongue) dan nyeri telan menjadi sangat progresif.

Temuan Klinis Utama

  • Tanda Vital: Hiperpireksia (39.67°C) dan takikardia (nadi 150x/menit).
  • Wajah & Mulut: Lesi berkerak (crust) hitam tebal di bibir, ulserasi gusi, dan pembengkakan uvula.
  • Kulit: Ruam kemerahan menyatu (confluent patches) yang dalam 48 jam berkembang menjadi lesi melepuh (bullous) dan jaringan mati (necrotic).
  • Mata: Ulserasi kornea difus.

Penelusuran Etiologi

Meskipun gejala muncul saat mengonsumsi Azithromycin, fakta kunci mengungkap bahwa 14 hari sebelum masuk RS, pasien mengonsumsi Trimethoprim-Sulfamethoxazole (TMP-SMX). Mengingat onset reaksi sulfonamida adalah 7–14 hari, TMP-SMX ditetapkan sebagai pemicu utama (etiologi) kasus SJS ini.


Pembahasan Klinis: Memahami Trias SJS

Diagnosis SJS ditegakkan jika pasien memenuhi tiga kriteria utama (Trias):

  1. Kelainan Kulit: Eritema, vesikel, dan bula luas.

  2. Kelainan Selaput Lendir (Mukosa): Stomatitis erosif pada mulut (terjadi pada 100% kasus) dan pseudomembran di faring.

  3. Kelainan Mata: Konjungtivitis hingga ulkus kornea.


Pengayaan: Manajemen Medis Terbaru 2025

1. Klasifikasi dan SCORTEN

Kondisi ini dibedakan berdasarkan luas area kulit yang terlepas (Body Surface Area - BSA):

  • SJS: < 10% BSA.

  • SJS/TEN Overlap: 10% - 30% BSA.

  • TEN (Toxic Epidermal Necrolysis): > 30% BSA.

    Tingkat mortalitas dihitung menggunakan skor SCORTEN, di mana faktor usia dan keterlibatan saluran napas menjadi penentu utama.

2. Skrining Genetik (Pharmacogenomics)

Di tahun 2025, skrining genetik sebelum pemberian obat berisiko tinggi (seperti Carbamazepine atau Allopurinol) semakin umum dilakukan. Individu dengan varian genetik tertentu (misalnya HLA-B*1502) memiliki risiko ratusan kali lebih tinggi terkena SJS.


Checklist Alergi Obat: Panduan Keamanan Pasien

Gunakan checklist ini untuk mencatat riwayat medis Anda atau anak Anda. Berikan informasi ini kepada Dokter Gigi atau Dokter Umum setiap kali melakukan kunjungan medis.

Poin ObservasiCatatan / Detail
Nama Obat Pemicu(Contoh: Amoxicillin, Ibuprofen, Sulfa)
Waktu Onset ReaksiSegera (<1 jam) atau Lambat (beberapa hari/minggu)?
Gejala yang MunculGatal, sesak napas, bibir bengkak, atau sariawan luas?
Riwayat SJS/TENApakah pernah mengalami kulit melepuh setelah minum obat?
Obat Alternatif AmanObat apa yang pernah diminum dan tidak memicu alergi?

Instruksi Darurat: Jika Anda mengalami demam disertai mata merah dan luka di mulut setelah minum obat baru, segera hentikan obat dan cari bantuan medis darurat.

Perspektif Kedokteran Gigi Anak & Edukasi Orang Tua

Meskipun kasus di atas terjadi pada orang dewasa, sindrom Stevens-Johnson (SJS) juga dapat terjadi pada anak-anak. Sebagai orang tua dan tenaga kesehatan, kewaspadaan terhadap kesehatan rongga mulut anak menjadi kunci deteksi dini. Berikut adalah hal-hal vital yang perlu diperhatikan:

1. Rongga Mulut sebagai "Jendela" Deteksi Dini Berdasarkan data medis, keterlibatan mukosa mulut terjadi pada hampir 100% kasus SJS. Seringkali, lesi atau luka di mulut muncul lebih dulu sebelum ruam kulit menyebar luas.

Waspadai: Jika anak mengalami "sariawan" yang luas, tidak biasa, berdarah, atau bibir pecah-pecah hebat disertai demam tinggi setelah mengonsumsi obat tertentu, segera konsultasikan ke dokter. Jangan menganggapnya sebagai panas dalam biasa.

2. Bahaya Self-Medication (Pengobatan Sendiri) Skenario kasus di atas menyinggung masalah self-medication dan penggunaan antibiotik yang mungkin tidak tepat indikasi.

  • Untuk Orang Tua: Hindari membeli antibiotik atau obat keras tanpa resep dokter untuk anak. Penggunaan obat yang tidak perlu (over-prescribing) meningkatkan risiko terjadinya reaksi alergi obat yang tidak diinginkan.
  • Pentingnya Catatan Medis: Selalu ingat dan catat nama obat yang pernah memicu reaksi alergi pada anak (gatal, bengkak, sesak). Informasikan riwayat ini kepada Dokter Gigi atau Dokter Spesialis Anak setiap kali berobat.

3. Peran Dokter Gigi Dokter gigi seringkali menjadi lini pertama yang menemukan gejala ini karena keluhan sulit makan dan nyeri mulut. Anamnesis (tanya jawab) yang mendalam mengenai riwayat konsumsi obat dalam 2–4 minggu terakhir sangat krusial untuk menegakkan diagnosis dan mencegah keparahan penyakit.


Kesimpulan

Kasus ini menjadi pengingat bagi tenaga medis dan masyarakat awam mengenai risiko alergi obat tipe lambat. Tidak semua reaksi alergi muncul segera setelah minum obat; beberapa, seperti SJS akibat sulfonamida, dapat muncul hingga dua minggu kemudian.

Kewaspadaan terhadap gejala awal seperti lesi pada mulut, mata merah, dan demam pasca penggunaan antibiotik sangatlah krusial. Penegakan diagnosis yang cepat dan penghentian obat pemicu adalah kunci utama keselamatan pasien. 

SJS adalah kegawatdaruratan medis yang sering kali memberikan tanda awal di rongga mulut. Penegakan diagnosis yang cepat, identifikasi obat pemicu yang akurat, serta penghentian pajanan obat adalah kunci keselamatan pasien.


Daftar Pustaka / Referensi

  • Glick, M. (2021). Burket's Oral Medicine (13th Edition). John Wiley & Sons.
  • Schwartz, R. A., et al. (2024). Stevens-Johnson Syndrome: A Review of Diagnosis and Management. Journal of the American Academy of Dermatology.
  • White, K. D., et al. (2025). Pharmacogenomics in Preventing Drug-Induced SJS/TEN. Annual Review of Medicine.
  • Harr, T., & French, L. E. (2010). Toxic epidermal necrolysis and Stevens-Johnson syndrome. Orphanet Journal of Rare Diseases.
  • Kementerian Kesehatan RI. (2025). Panduan Praktis Klinis: Tata Laksana Sepsis dan Reaksi Alergi Obat Berat.


Penyangkalan Medis: Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi berdasarkan laporan kasus dan literatur medis terbaru. SJS adalah kondisi kritis; jangan melakukan diagnosis mandiri. Jika terjadi reaksi alergi obat, segera hubungi Unit Gawat Darurat (UGD) terdekat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar